Monday, December 15, 2008

Ngaji Yuks....

Teman-teman, Umi lagi sakit nih. Jadi agak pusing kalo mau ngeblog in English. Kali ini in Bahasa aja ya..
Begini ceritanya...

Setelah absen cukup lama, akhirnya saya ngaji lagi di tempat Uni Yen. Senaang sekali rasanya bisa ketemu teman-teman dan Ustadzah Barkah yang mungkin bagi sebagian orang cara mengajarnya agak saklek, tapi ngangenin. Kalau ngga datang ke pengajian rasanya ada yang kurang.

Ibu-ibu teman pengajian juga senang sekali ketemu saya lagi. Apalagi sama my baby, Azkiya yang makin hari makin chubby aja. Iya, saya ngaji sambil bawa bayi umur 3 bulan kurang 4 hari. Kata Ustadzah Barkah, insya Allah nanti jadi ustadzah kalau sudah besar. Amiiin...

Hari ini membahas Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 127 - 176.
Sebelumnya kami harus membaca dulu satu halaman Al-Qur'an tiap orang. Ada yang sudah lancar, banyak juga yg masih terbata-bata membacanya. Alhamdulillah saya termasuk yang sudah lancar walau kadang masih suka keseleo dikit, hehehe....

Salut buat ibu-ibu yang masih terbata-bata itu. Mereka tidak malu & masih mau belajar walaupun sudah tidak muda lagi. Kalau saya belajar membaca Al-Qur'an sejak kecil. Dulu, setiap habis maghrib saya pergi ke pengajian milik adiknya nenek saya. Berarti masih nenek saya juga.

Ni mau cerita apa sih koq sampai bawa nenek-nenek segala???? hehehehe...

Mau cerita & menyampaikan kembali ilmu yang saya dapat dari pengajian itu.....
Adalah kewajiban bagi kita untuk menyampaikan & mengamalkan ilmu yang kita miliki. Kan ada ayatnya (lupa ada di surah apa) "sampaikanlah daripada Ku walaupun hanya satu ayat".

Ada salah satu teman saya yang bertanya, jawaban apa yang sebaiknya kita berikan jika anak kita bertanya "Allah itu di mana, bunda?". Bu Barkah menjawab, "Katakan pada anak kita bahwa Allah itu tidak bertempat, kalau Allah bertempat berarti sama donk dengan kita.... Katakan pada anak kita bahwa Allah ada di hati kita". Benar juga ya.... kalau kita bilang bahwa Allah itu ada di atas atau di langit, nanti anak kita minta naik pesawat, supaya bisa lihat Allah. Sama seperti Fir'aun yang minta dibuatkan piramid karena ingin melihat Tuhannya Nabi Musa.
Kalau kita bilang Allah di hati kita kan gak mungkin anak kita minta melihat Allah. Kalo nekat juga .....dijamin pasti bisa lihat Allah deh.... Tapi sebelumnya harus dibelah dulu dadanya, hehehehe..... (ih syereeem.....)

Dalam mengamalkan ajaran agama Islam kita tidak boleh hanya berpegang pada satu ayat saja. Karena setiap ayat & Surah dalam Al-Qur'an itu saling berkaitan satu sama lain. Harus dilihat juga sebab turunnya ayat itu.

Seperti dalam cerita berikut ini, mungkin teman-teman pernah mendengarnya. Dahulu ada seorang suami yang hendak pergi ke luar untuk suatu urusan. Dia berpesan pada istrinya untuk diam di rumah, tidak boleh pergi ke mana-mana. Pada saat sang suami sedang pergi datanglah utusan dari orang tua si istri, mengabarkan bahwa orang tuanya sedang sakit keras dan mengharapkan kedatangan anaknya. Wanita itu akhirnya memilih diam di rumah karena mengharap ridho suami, yang mana ridho suami adalah ridho Allah bagi seorang wanita yang sudah menikah. Akhirnya orang tua wanita itu meninggal dunia sebelum melihat anaknya. Dan karena ketaatan anaknya pada suaminyaa itu orang tua wanita itu akhirnya masuk surga.

Helloooooo....itu kan jaman dulu...belum ada ponsel kaya sekarang ini. Jika saya berada dalam posisi wanita itu, saya akan telfon atau sms suami saya. Minta ijin suami untuk menemui orang tua yang sedang sakit. Suami saya pasti mengijinkan. Kalaupun suami saya tidak mengijinkan, saya akan tetap pergi. Kenapa? Berarti melanggar perintah suami donk..... Sebagai seorang istri kita memang harus taat pada perintah suami dengan catatan selama itu tidak bertentangan dengan perintah Allah. Kalau Suami melarang kita untuk bertemu orang tua berarti sudah melanggar lebih dari satu perintah Allah. Pertama, perintah untuk menyambung silaturahmi. Kedua, perintah untuk berbuat baik kepada orang tua. Yang model begini, gak apa-apa bahkan wajib bagi kita untuk tidak mentaatinya.

Demikian pula halnya apabila suami tidak mengijinkan istrinya untuk memakai hijab/jilbab. Memakai jilbab untuk menutup aurat itu adalah perintah dari Allah untuk semua muslimah yang sudah baligh. Maka wajib bagi istri untuk tidak mentaati suami yang seperti ini. Dan wajib pula untuk mengingatkan suami bahwa ia salah atau mungkin lupa. Para suami...jangan marah ya kalau diingatkan oleh istri. Suami-suami kan juga manusia. Tempatnya salah dan lupa.

Sampai di sini dulu ya pengajiannya. Lain waktu disambung lagi. Wassalamu'alakum wr.wb.

2 comments:

  1. Alhamdulillah dapat ilmu dari umi, jd pengen ngaji lg nih, sejak kerja jadi gak pernah ikut pengajian lagi hiks..hiks..hiks..., mudah 2xan thn ini bs ikut lg Amien...

    ReplyDelete
  2. umi ... kisah seorang istri yang ayahnya meninggal kemudian menolak diajak menengok orang tuanya tersebut, karena dia belum ada ijin suami adalah mutlak gambaran kepatuhan seorang istri kepada suaminya. "Ridho Allah adalah Ridhonya Orang Tua" adalah untuk wanita yang masih belum nikah, tetapi untuk yang sudah menikah "Ridho Allah adalah Ridhonya Suami". Selama sang suami hidup berada di dalam Islam yang rahmatan lil 'alamin ini, tidak mungkin seorang suami memutuskan siaturrahmi seorang istri dengan orang tua maupun saudara - saudaranya, tidak mungkin sang suami tidak memerintah kan istrinya memakai hijab, ... Kuncinya cuma satu ... Minta sama ALLAH agar diberikan jodoh yang bisa "watawaa shoubil haq watawaa shoubil sobri" saling mengingatkan akan kebenaran dan saling mengingatkan akan kesabaran ... Wallahu 'alam bisshowab ..

    ReplyDelete